BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Asuhan keperawatan adalah suatu
proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan, yang diberikan kepada
pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses
keperawatan, Perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain
peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui
penerapan proses keperawatan (Nursalam, 2001).
Dasar hubungan perawat, dokter, dan
pasien merupakan mutual humanity dan
pada hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan dalam mewujudkan
harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan.
Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien,
perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya
kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat
seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan. Dengan demikian bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah
bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat
memperlihatkan karakteristik dari salah
satu atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa
pasien yang berbeda akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang
berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang telah dialami, dan dapat mengancam
humanitas pasien.
Oleh sebab itu sebagai perawat
professional, harus dapat mengidentifikasi komponen- konponen yang berpengaruh
terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Faktor- faktor tersebut adalah
: faktor agama, sosial, pendidikan,
ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat, dokter dan hak-hak pasien,
yang dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat bantuan perawat dan dokter dalan
ruang lingkup pelayanan kesehatan. Disamping harus menentukan bagaimana keadaan
tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien
sebagai manusia yang holistik.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian Keperawatan ?
2. Bagaimana Hubungan Perawat dengan Perawat ?
3. Bagaimana Hubungan Perawat dengan Tim Kesehatan lainnya ?
4. Bagaimana Hubungan Perawat denga Pasien ?
5. Bagaimana Model Hubungan
Antara Perawat, Dokter, dan Pasien ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Keperawatan
2. Mengetahui Hubungan Perawat dengan Perawat
3. Mengetahui Hubungan Perawat dengan Tim Kesehatan lainnya
4. Mengetahui Hubungan Perawat denga Pasien
5. Mengetahui Model Hubungan Antara Perawat, Dokter, dan Pasien
D. Manfaat
Penulisan
1.
Bagi
Kelompok
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi
sekolah tinggi ilmu kesehatan mengenai Hubungan
Perawat dan Tim Kesehatan Lainnya.
2.
Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi
kepada mahasiswa lain dan kepada masyarakat tentang Hubungan Perawat dan Tim
Kesehatan Lainnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Keperawatan
Tentunya kita tidak asing lagi mendengar
istilah “keperawatan” meski familiar tetap tak banyak mengerti apa defenisi
keperawatan itu. Secara umum pengertian keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Kaperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan interpersonal
serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien/pasien dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.
Kebutuhan akan tenaga kesehatan, terutama tenaga
keperawatan kini tak terbantahkan lagi. Jasa dan tenaga keperawatan begitu
dibutuhkan, bukan hanya pada level individu, kelompok maupun komonitas, bahkan
Negara juga membutuhkannya. Jumlah tenaga keperawatan yang paling banyak jika
dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnnya. Peran perawata sangat penting
karena ia menjadi barisan terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Oleh karena itulah perawat
tidak bisa dipisahkan dari system tenaga kesehatan secara keseluruhan.
Keperawatan mempelajari bentuk an sebab tidak
terpenuhnya dasar manusia serta mempelajari berbagai upaya untuk mencapai
kebutuhan dasar. Keperawatan didasarkan oleh ilmudari kiat keperawatan yang
mencakup sikap, kemampuan intelektual, dan keterampilan tehnik. Bentuk
pelayanan keperawatan sesuai dengan empat kebutuhan manusia yaitu biologis,
psikologis, social kultural, dan spiritual yang komprehensif. Tujuan pelayanan
keperawatan adalah untuk memberi bantuan kemandirian kepada klien dalam
memenuhi kebutuhan dasar dalam meningkatkan status kesehatan secara optimal
dengan pencegahan sakit dan meningkatkan keadaan sehat.
Pelayanan keperawatan berpedoman kepada etika
keperawatan, proses keperawatan, berfokus kepada klien, dan berada dalam lingkup
wewenang dan tanggung jawab keperawatan dikelola secara professional. Dalam
memberikan layanan kesehatan, kegiatan keperawatan pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan dari tenaga kesehatan lainnya, misalnya dokter sebagai mitra kerja.
Hubungan kemitraan ini tentu saja harus disertai dengan pengakuan dan
penghormatan terhadap profesi perawat.
B. Hubungan
Perawat dengan Perawat
Sebagai anggota profesi keperawatan,
perawat harus dapat bekerja dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat
harus dapat embina hubungan baik dengan sesama perawat yang ada di lingkungan
tempat kerjanya. Sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan
saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.
Selain itu perawat juga harus dapat memupuk rasa persaudaraan dengan silih
asuh, silih asah dan silih asih.
1. Silih asuh
Yaitu sesama perawat dapat saling
membimbing, menaehati, menghormati, dan mengingatkan bia sejawat melakukan
kesalhan atau kekeliruan swhingga terbina hubungan yang serasi.
2. Silih asih
Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling menghargai
satu sama lain, saling menghargai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa,
serta bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruhi oleh hasutan yang
dapat menimbulkan sikap saliing curiga dan benci.
3. Silih asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai atau tahu dalam hal ilmu
pengetahuan, dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama
perawat tanpa pamrih.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien, perawat tidak bekerja sendiri. Akan tetapi bekerja dalam satu
tim kesehatan. Bekerja sama dengan sesama tim, seluruh perawat harus berprinsip
dan ingat bahwa semua tindakan yang dilakukan adalah mengutamakan kepentingan
pasien serta kualitas asuhan keperawatan. Oleh karena itu semua perawat harus
bisa berkomunikasi secara efektif.
Dalam pemberian asuhan keperawatan,
perawat dibagi menjadi dalm beberapa kategori, misalnya perawat pelaksana,
kepala bangsal, kepala unit keperawatan, kepala saksi keperawatan, dan kepala
bidang perawatan. Hal ini disebabkan latar belakang pendidikan, pekerjaan,
maupun kemampuan perawat berbeda-beda. Dengan demikian, dalam memberikan asuhan
keperawatan, setiap anggota harus mampu mengomunikasikan dengan perawat
anggotan lain.
C. Hubungan
Perawat dengan Tim Kesehatan lainnya
Dalam melaksanakan tugasnya,
perawat tidak dapat
bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalahdokter, ahli gizi, tenaga
laboratorium, tenaga rontgen dan sebagainya. Dalam menjalankan
tugasnya, setiap profesi
dituntut untuk mempertahankan
kode etik profesi masing-masing. Kelancaran tugas masing-masing profesi
tergantung dari ketaatannya
dalam menjalankan dan mempertahakan kode etik profesinya. Bila
setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerjasama akan
dapat terjalin dengan baik. Walaupun
pada pelaksanaannya seringjuga terjadi konflik-konflik etis.
Hubungan perawat dan dokter telah
seiring dengan perkembangan kedua profesi ini, tetapi tidak terlepas dari sejarah, yaitu berkaitan dengan sifatdisiplin ilmu atau pendidikan, latar
belakang personal, dan lain-lain.Bila dilihat dari sudut sejarah, bidang
kedokteran telah dikembangkan lama sebelum bidang keperawatan. Kedokteran dan
keperawatan walaupun kedua disiplin ilmu ini sama-sama berfokus pada
manusia, pathernalistik, yang
mencerminkan figur seseorang Bapak,
Pemimpin dan pembuat
keputusan. Sedangkan keperawatan
lebihbersifat mothernalistic, yang mencerminkan figus ibu (mother
instinct) dalammemberikan asuhan, kasih sayang dan bantuan.
Perkembangan ilmu keperawatan saat
ini maju pesat, terlihat dari berbagai perkembangan teori
dan konsep dalam
sikap dan pandangan
terhadap keperawatan serta pelaksanaan
pelayanan asuhan keperawatan
pandangan tentang
keperawatan sebagai pelayanan
profesional, mendorong berkembangnya dan
dimanfaatkannya ilmu keperawatan, yaitu
pemberian pelayanan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan dengan menggunakan
pendekatan penyelesaian masalah
serta berdasarkan kepada etika dan etiket keperawatan. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan
kepada klien serta
hubungan dengan dokter, dikenal
beberapa peran perawat,
yaitu peran mandiri merupakan peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan oleh
perawat secara mandiri,
kemudian perawat delegatif
perawat dalam melaksanakan program kesehatan yang pertanggungjawabannya dipegang
oleh dokter, misal
dalam pemberian obat-obatan didelegasikan tugas dokter
kepada perawat dan peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi
permasalahan secara team work dengan tim kesehatan. Dalam pelaksanaannya, apabila
setiap profesi telah
dapat saling menghargai,
menghormati, hubungan kerja sama akan dapat terjalin denganbaik walaupun pada
pelaksanaannya sering terjadi konflik etis.
D. Hubungan
Perawat denga Pasien
Pada dasarnya, hubungan perawat dan
pasien bersifat profesional yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Kewajiban
perawat dalam memberikan asuhan keperawtan dikembangkan dengan hubungan saling
percaya. Hubungan tersebut dibentuk dalam interaksi, bersifat terapeutik, dan
bukan hubungan sosial. Hubungan perawat dan klien sengaja dijalin terfokus oada
klien, sehingga bertjuan menyelesaikan masalah klien.
Hubungan yang baik
antar perawat dengan pasien akan terjadi apabila :
1. terdapat rasa saling percaya antara perawat
dengan pasien.
2. perawat benar-benar memahami tentang hak-hak
pasien dan harus melindungi hak tersebut, salah satunya adalah hak untuk
menjaga privasi pasien.
3.
Perawat
haru speka terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada pribadi
pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, antara lain kelemahan
fisik dan ketidakberdayaan dalam menentukan sikap atau pilihan sehingga tidak
dapat menggunakan hak dan kewajiban dengan baik.
4.
Perawat
harus memahami keberadaan pasien sehinga dapat bersikap sabar dan tetap
memperhatikan pertimbangan etis dan moral.
5.
Perawat
harus dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala risiko yang
mungkin timbul selama pasien dalam perawatannya.
6.
Perawat
sedapat mungki berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai pribadi
pasien dengan cara membina hubungan baik antara pasien, keluarga, dan teman
sejawat serta dokter untuk kepentingan pasien.
Dalam menjalin hubungan perawat
dengan paien diperlukan komunikasi interpersonal yang baik. Komunikasi
interpersonal, disebut dengan komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang
ilakukan secara sadar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kegiatannya
dipusatkan untuk penyembuhan pasien., membantu pasien. Adapun fungsinya adalah
mendorong dan menganjurkan untuk menjalin kerja sama antara perawat dengan
pasien.
Dengan demikian,
terdapat beberapa tahap komunikasi interpersonal (terapeutik) yang dilakukan
oleh perawat, yaitu sebagai berikut :
1.
Prainteraksi,
merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien.
2.
Perkenalan,
merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh perawat terhadap pasiennya
yang baru memasuki rumah sakit. Pada tahap ini perawat dan pasien mulai
mengembangkan hubungan interpersonal.
3.
Orientasi,
dilaksanakan pada awal pertemuan sampai seterusnya selama pasien berada di
rumah sakit. Tujuannya adalah memeriksa keadaan pasien, dan mengevaluasi hasil
tindakan.
4.
Tahap
kerja, merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan
pelaksanaan komunikasi interpersonal. Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien, keluhan-keluhan pasien. Perawat
memeberikan anjuran pada pasien untuk makan, minum obat yang teratur dan
istirahat teratur, untuk mencapai kesembuhan.
5.
Tahap
terminasi, merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari
pertemuan antara perawat dengan pasien. Dalam tahap ini, pasien sudah
dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pasien dalam berhubungan, antara lain sebagai berikut :
1.
Perbedaan
perkembangan
2.
Perbedaan
budaya
3.
Perbedaan
gender
4.
Gangguan
pendengaran
5.
Gangguan
penglihatan
Dari perbedaan-perbedaan tersebut saling timbul masalah antara
hubungan perawat dengan pasien. Berikut
beberapa masalah yang sering terjadi dalam hubungan perawat dengan pasien :
1.
Ketidak
pahaman peran. Masyarakat belum memahami peran dan wewenang tenaga kesehatan
memberikan penjelasan yang benar tentang peran masing-masing petugas kesehatan
2.
Konflik
tanggung jawab. Klien terbuka tentang kondisinya dan perawat tulus mendengarkan
keluhan yang disampaikan. Dalam hal tersebut perawat bertanggung jawab
memberikan penjelasan, ataupun support.
3.
Perbedaan
status. Perawat merasa mempunyai kemampuan lebih, menyebabkan perawat lebih
dominan komunikasi berlangsung searah dan otoriter.
4.
Perbedaan
persepsi. Penggunaan istilah dan bahasa perawat yang tidak dipahami klien
menjadi masalah komunikasi yang umum terjadi.
E. Teori Model
Hubungan Antara Perawat, Dokter, dan Pasien
Berbagai model hubungan antara
perawat, dokter danpasien telah dikembangkan. Szasz dan Hollander mengembangkan
tiga model hubungan dokter-perawat, di mana model ini terjadi pada semua
hubungan antar manusia. Berikut model hubungan perawat, dokter dan pasien yang
dikembangkan oleh Szasz dan Hollander :
1.
Model
aktivitas-pasivitas
Suatu model di mana perawat
dan dokter berperan aktf dan pasien berperan pasif. Model tepat untuk
bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter
berada pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas
pasien kyrang diperhatikan. Model ini bersifat
otoriter dan paternalistik.
2.
Model
hubungan membantu
Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktik keperawatan atau
praktik kedokteran. Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari
bantuan kepada perawat atau dokter yang mempunyai pengetahuan yang lebih.
3.
Model
partisipasi mutual
Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama aau
kesejahteraan antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi. Model ini
mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya
sendiri yang merupakan aspek penting pada pelayanan kesehatan saat ini. Peran
dokter dalam model ini adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.
Robert veatch mengembangkan 4 model hubungan dokter-pasien,
meliputi hubungan yang dapat menimbulkan maupun mencegah permasalahan etis
1. The engineering model
Dalam model ini veatch menolak sikap
kemungkinan nilai bebas murni dari ilmu atau kedokteran. Pilihan-pilihan di
buat secara terus-menerus terhadap fakta,observasi,desain penelitian, dan
tingkat statistik signifikasi dalam satu kerangka nilai-nilai dengan praduga
menurut ilmu-ilmu murni. Sejumlah besar pilihan-pilihan nilai dan signifiksai
harus di buat oleh orang-orang terhadap ilmu terapan seperti kedokteran,yang
mana tidak seperti ilmu teknik (engienering), nilai-nilai tidak dapat di
tiadakan dari nasehat teknis terhadap manusia.
2. The priestly model
Dalam model ini dokter memegang
figur seorang ahli moral yang dapat memberi tahu pasien apa yang harus di
kerjakan pasien pada situasi tertentu. Tradisi ini berdasarkan prinsip etis
jangan kerjakan ketidak baikan ini mencerminkan peleksaan prinsip paternalistik
dengan tidak memberitahukan berita buruk dari pasien, tetapi memberikan suatu
pemantapan yang tidak nyata. Model ini tidak menyertakan pasien dalam membuat
kepeutusan, tetapi menyerahkan kebebasan pada dokter. Misalnya, pasien tidak di
ijinkan menolak tranfusi darah yang menurut agamanya tidak di
perbolehkan.prinsip paternalisme mengurangi takdir pasien dengan mengurangi
pengendalian pasien terhadap tubuh dan kehidupannya.
3. The collegial model
Dalam model ini, dokter dan perawat
merupakan mitra dalam mencapai tujuan untuk menyembuhkan penyakit dan
mempertahankan kesehatan pasien.saling percaya dan percaya dirui merupakan hal
utama. Kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama. Namun pada
kenyataannya, veatch berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada dasar untuk
persamaan kedudukan dalam hubungan pasien-dokter karena perbedaan kelas sosial,
status ekonomi, pendidikan dan sistem nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik yang lazim pada ilusi.
4. The contractua model
Dalam model ini,peserta yang
mengadakan hubungan atau interaksi berharap untuk memegang ketaatan terhadap
anjuran dan manfaat untuk kedua belah pihak.kesepakatan terhadap prinsip moral
merupakan hal yang penting lebih lanjut dalam kesepakatan hubungan,pasien
berhak menentukan nasip mereka.dalam model ini terjadi curah pendapat tentang
tanggung jawab dan kewajiban etis.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasaranya hubungan
antara perawat dan pasien berdasarkan pada sifat alamiah perawat dan pasien.
Dalam interaksi perawat dan pasien, peran yang dimiliki masing–masing membentuk
suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien pempunyai peran dan hak sebagai
pasien dan perawat dapat melaksanakan asuhan keparawatan mempunyai peran dan
hak sebagai perawat.
Dalam konteks hubungan
perawat dan pasien, maka setiap hubungan harus didahului dengan kontrak dan
kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan perawat
sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Kesepakatan ini menjadi parameter bagi
perawat dalam menentukan setiap tindakan etis.
B. Saran
Untuk memulai
memahami hubungan manusiawi dalam kontek profesional seseorang harus mengerti
bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan
kebutuhan baru, dan membuat seseorang yang rutin untuk menyalahgunakan.
Oleh karena itu
sebagai perawat harus dapat mengidentifikasi kerusakan fisiologis yang spesifik
yang disebabkan oleh gejala-gejala penyakit atau kelainan lain, tetapi juga
harus menemukan bagaimana keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien
sehubungan dengan integritas pasien sebagai manusia.
Dengan mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan memperlihatkan
reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman penyakit yang telah dialami dan
dapat mengancam humanitas pasien, maka perawat harus melakukan
pengidentifikasian respon-respon manusia terhadap ancaman-ancaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Rifiani,
Nisya. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta : Dunia Cerdas.
Bandman and
Bandman (1990). Nursing: Asicial Policy.Kutipan ANA. Kansas City.MO.:1980.Hal.6
Gaffar Jumadi
Laode (1997). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Nursalam (2000). Proses dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Priharjo
Robert (1995). Pengantar Etika
Sulistyo,
Rahayu. 2014. http://rahayusulistyo.blogspot.co.id/2014/04/konsep-hubungan-perawat.html. Di upload pada tanggal 01 mei 2018 pada jam 8.38.
Risnayanti. 2016 https://dokumen.tips/documents/hubungan-perawat-dengan-profesi-lain.html. Di upload pada
tanggal 01 mei 2018 pada jam 8.41.
No comments:
Post a Comment