BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kesehatan sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi
derajat kesehatan yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber
daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional
yang pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pengaruh globalisasi di segala
bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada
perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya
perubahan pola konsumsi makan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya
pencemaran atau polusi lingkungan.
Data American Cancer Society (2004),
angka kejadian leukemia di Amerika Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya
pada laki-laki (56,88%) dan 14.420 kasus baru lainnya pada perempuan
(43,12%).Insiden rate (IR) leukemia pada laki- laki di Canada 14 per 100.000
penduduk dan pada wanita 8 per 100.000 penduduk pada tahun yang sama.
Data The Leukemia and Lymphoma
Society (2009) menyebutkan bahwa setiap 4 menit terdapat 1 orang meninggal
karena kanker. Diperkirakan 139.860 orang di Amerika terkena leukemia, lymphoma
dan myeloma dan 53.240 orang meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR
leukemia yaitu 12,2 per 100.000 penduduk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Leukimia ?
2. Sebutkan klasifikasi leukimia ?
3. Bagaimana etiologi leukimia ?
4. Bagaimana manifestasi klinis leukimia ?
5. Bagaimana patofisiologi leukimia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang leukima ?
7. Bagaimana farmakologi dan terapi diet pada pasien ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien leukemia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang Konsep Dasar
Medik Pada Klien Dengan Leukimia.
2. Tujuan khusus.
a. Untuk mengetahui pengertian leukimia.
b. Untuk mengetahui klasifikasi leukimia.
c. Untuk mengetahui etiologi leukimia.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis leukimia.
e. Untuk mengetahui patofisiologi leukimia.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan
penunjang leukima
g. Untuk mengetahui farmakologi dan terapi diet pada pasien
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien leukemia.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Kelompok
Sebagai tamabahan referensi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan mengenai Konsep Dasar Medik Pada Klien
Dengan Leukimia.
2. Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa
lain dan kepada masyarakat tentang Konsep Dasar Medik Pada Klien Dengan
Leukimia.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 Bab, yaitu BAB I Pendahuluan, BAB II
Tinjauan Teoritis, BAB III Asuhan Keperawatan, BAB IV Penutup. Masing-masing
bab memiliki subbab dengan garis besar isinya sebagai berikut,yaitu :
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini
berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian dan Sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis. Pada bab
ini berisi, Pengertian Leukimia, Klasifikasi Leukimia, Etiologi Leukimia,
Manifestasi Klinis Leukimia, Patofisiologi Leukimia, Pemeriksaan Penunjang Leukima,
Farmakologi dan Terapi Diet pada Pasien, Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Leukemia.
BAB III Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Leukimia.
BAB IV Penutup. Pada bab ini berisi
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Pengertian Leukimia
Leukimia adalah
proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita
yuliani, 2001).
Leukimia adalah
proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).
Leukimia adalah suatu
keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai
oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan
adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002). Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel
hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam
pembentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. ( Kapita
Selekta kedokteran, 2000).
B. Klasifikasi
Leukimia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik
yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga
dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang
menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA
tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa
gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan
kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan
fisik atau penanganan penyakit.
4. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA
dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang
terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
C. Etiologi Leukimia
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan
faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan
bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada
anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak
ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur
rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat
insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan
dengan kelompok kulit hitam. Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis
kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun.
Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak.
Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada
anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak
penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan
pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan
kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld,
penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich,
sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada sebagian penderita dengan
leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat
leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia
juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki
riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75;
CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita leukemia.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah
dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian
yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme
reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti
diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe
C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang. Pada manusia,
terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV
(virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh
mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada
propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara
Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor
eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan
LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko
menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di
bagian tersebut..
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian
besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada
orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena
leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita
leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak
menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya
leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia
terutama LMA. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan
risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian
LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81
kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita
LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA
dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko
LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
c. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan
adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah
tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah
tangga, petani dan pekerja di bidang
lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah
tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa orang yang bekerja di pertanian
atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19),
artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di
pertanian atau peternakan dibanding
orang yang tidak menderita leukemia.
D. Manifestasi
Klinis Leukimia
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada
penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
1. Leukimia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia(mudah lelah,
letargi, pusing, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai
terutama pada sternum, tibia dan femur.
2. leukimia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm ) biasanya mengalami gangguan
kesadaran, sesak nafas, nyeri dada dan pripismus. Selain itu juga menimbulkan
gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
3. Leukimia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukan gejala, biasanya
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan
dan penurunan kemampuan latihan dan olahraga, demam, keringat malam dan infeksi
semakin parah.
4. Leukimia Granulositik atau Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase
krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang
akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah
penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang
bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
E.
Patofisiologi dan Review Leukimia
Pada keadaan normal, sel
darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara
normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang
lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak
berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemi memblok
produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel
leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel
darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.
Analisis
sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang
terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi
perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi
dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses
pematangan dari sistem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan
menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali
melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan
sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya
sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam
organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
F. Pemeriksaan
Penunjang Leukimia
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan
biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah
leukosit biasanya berbanding langsung dengan
jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula
dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sum-sum tulang
biasanya menunjukkan sel blas yang dominan Gejala yang terlihat dari darah tepi
berdasarkan pada kelainan sum-sum tulang berupa adanya pansitopenia,
limositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton.
b. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoitik patologis sedangkan sistem
lain terdesak
c. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa yang
terdesak
2. Cairan cerebrospinal
Bila sel patologis dan protein meningkat, maka merupakn suatu
leukimia meningeal. Kedaan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan
penyakit. Untuk pencegahannya adalah dengan
pemberian metotreksat (MTX).
G. Farmakologi
dan Terapi Diet Pada Pasien
1. kemoterapi
a. kemoterapi
pada penderita LLA
pengobatan
umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk
semua orang.
b. Kemoterapi
pada pendertita LMA
1) fase
induksi : adalah regimen kemoterapi yang
intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukimia secara maksimal
sehingga tercapai remisi komplit.
2) fase
konsolidasi : dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Biasanya
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis
fase induksi.
c. Kemoterapi
pada penderita LLK
derajat
penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi terapi dan prognosis.
Sistem penderajatan yang dipakai adalah klasifikasi Rai :
1) Stadium
0 : limfositosis darah terapi dan sumsum
tulang
2) Stadium
I : limfositosis dan limdafenopati
3) Stadium II :
limfositosis dan splenomegali atau hepatomegali
4) Stadium III
: limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr dll)
5) Stadium IV
: limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm dengan atau tanpa gejala
pembesaran hati, limpa, kelenjar. Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan
karena tujuan terapi bersifat konvesional, terutama untuk mengendalikan gejala.
d. Kemoterapi
pada penderita LGK/ LMK
1) fase
kronik : Busulfan dan hidroksiuera
merupakan obat pilihan yang mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka
waktu yang lama. Fase kronis LMK tidak diarahkan pada tindakan transplantasi
sumsum tulang.
2) fase
Akselerasi : sama dengan terapi leukimia akut, tetapi respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Menggunakan
sinar berenergi tinggi untuk menumbuh sel-sel leukimia.
3.
Transplantasi sumsum tulang
Dilakukan untuk
mengganti sumsum tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi, selain itu berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena
kanker.
4. Terapi
Suportif
Berfungsi untuk
mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit leukimia dan mengatasi efek
samping obat. Misalnya transfusi darah utnuk penderita leukimia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi.
H. Pathway
Etiologi Leukimia
Faktor
pencetus :
-genetik - kelainan kromosom
-radiasi - Infeksi virus
-obat-obatan - paparan bahan kimia
|
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN
A.
Pengkajian
1.
Anamnesaa.
a. Identitas klien (Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM, diagnosa medis, dan
penanggung jawab).
b. Keluhan utama
Pasien
leukemia biasanya mengeluhkan lemah, sakit kepala dan nyeri pada tulang.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya
pasien masuk rumah sakit untuk persiapan kemoterapi atau muncul gejala-gejala
seperti perdarahan, hepatomegali.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Pengobatan
kanker sebelumnya. Jika pasien pernah mengalami kemoterapi sebelumnya akibat
kanker yang diderita kemungkinan akan memicu terjadinya leukemia akibat
rusaknya sel-sel darah putih..
e.
Riwayat kesehatan keluarga.
Pada
penderita leukemia sering ditemukan riwayat keluarga yang terpapar oleh bahan
kimia (benzene dan arsen), infeksi virus (Epstein barr, HTLV-1), kelainan
kromosom dan penggunaan obat-obatan seperti phenylbutazone dan chloramphenicol,
serta terapi radiasi maupun kemoterapi.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Tanda-tanda vital:
1) Tekanan
darah : tidak signifikan perubahannya, cenderung menurun
2) Nadi
: tidak signifikan
3) Suhu
: meningkat jika terjadi infeksi
4) Pernapasan
: dipsnea, tacipnea
b.
Pemeriksaan kepala leher
1) Rongga
mulut ; apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri),
perdarahan gusi
2) Konjuntiva
: anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi kesusunan
saraf pusat (SSP)
c.
Pemeriksaan integument
Adakah
ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi dehidrasi.
d.
Pemeriksaan dada dan thorax
1) Inspeksi
bentuk thorax, adanya retraksi intercostae
2) Auskultasi
suara napas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru),
bunyi jantung pertama, dua dan tiga jika ada.
3) Palpasi
denyut apex (ictus cordis)
4) Perkusi
untk menentukan batas jantung dan batas paru
e.
Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat bayangan vena, auskultasi
peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesara hepar dan limfa.
2) Perkusi
tanda asites bila ada
f.
Pemeriksaan ekstremitas
Adakah sianosis kekuatan otot.
3.
Pemeriksaan penunjang
a.
Leukemia limfoblastik akut
1).
Pemeriksaan darah lengkap anemia normokromik normositer
2)
trombositopenia ( < 25.000 /mm3 ) hiperleukositosis( > 100.000/mm3)
3) Darah tepi ada sel muda yang melibihi 5 % dari
sel berinti pada darah tepi Hb, hematokrit, jumlah eritrosit turun
4) Aspirasi biopsi sumsum tulang apus sumsum tulang
tampak hiperseluler dengan limfoblas sangat banyak, > 90% sel berinti pada
ALL dewasa.
b.
Leukemia Mieloblastik Akut
1).
Darah tepi anemia normositik normokrom
2).
Trombositopenia LED tinggi Hb, hematokrit, eritrosit turun
c.
Leukemia Limfositik Kronik
1) Darah
tepi limfositosis 30.000-300.000/mm3 anemia normokromik normositer
2) Trombositopenia
sering disertai basket cell atau smudged cell
3) Sumsum
tulang infiltrasi
d. Leukemia Mielositik Kronik
1) Darah tepi leukositosis berat 20.000 - 50.000/
mm3 apusan darah tepi : spektrum lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast sel
blast < 5% anemia normokromik normositer -sumsum tulang Hiperseluler, dengan
granulosit dominan sel blast < 30^%
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri Akut b.d pembesaran organ atau nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas
dengan selleukemik.
2.
Resiko tinggi perdarahan b.d trombositopenia.
3.
Resiko tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal.
4.
Kelelahan atau kelemahan umum b.d anemia.
C.
Intervensi Keperawatan
1. Dx. Keperawatan:
Nyeri
Akut b.d pembesaran organ atau nodus limfe, sumsum tulang yangdikemas dengan
sel leukemik.
Tujuan
|
Intervensi Rasional
|
Kriteria Hasil
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1×24jam, nyeri dapat berkurang atau terkontrol. Nyeri terkontrol.
Menunjukkan perilaku penanganan nyeri. Tampak dan mampu istirahat atau tidur
|
1. Kaji adanya nyeri.
2. Observasi TTV.
3. Posisikan nyaman dan sokongsendi
ekstremitas dengan bantal.
4. Evaluasi dan dukung mekanismekoping
pasien.
5. Bantu atau berikan aktivitas terapeutik,
teknik relaksasi.
6. Berikan obat sesuai
indikasi:analgesic, contoh: asematinofen (tylenol).
7. Narkotik, misal: kodein, meperdin
(demetol), morfin, hidromorfan (dilaudis).
|
1. Mengindikasikan terjadinya komplikasi.
2. Dapat membantu mengevaluasi pernyataan
verbal dan keefektifan intervensi.
3. Dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang
dan sendi.
4. Penggunaan persepsi diriatau perilaku
untuk menghilangkan nyeri dapat membantu pasien mengatasinya lebih efektif.
5. Membantu manajemen nyeri dengan perhatian
langsung.
6.Diberikan untuk nyeri ringan yang tidak
hilang dengan tindakan kenyamanan.
7. Digunakan bila nyeri hebat.
|
2. Dx. Keperawatan:
Resiko
tinggi perdarahan b.d trombositopenia.
Tujuan
|
Intervensi Rasional
|
Kriteria Hasil
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1×24jam, resiko perdarahan berkurang atau tidak terjadi perdarahan. TD
dan nadi Stabil.· HB dalam batas normal (>10 g / 100 ml).· Trombosit dalam
batas normal (> 50.000 / ml).
|
1. Kaji keadaan kulit atau membran mukosa.
2. Pantau TD dan Nadi.
3. Hindari tindakan yang dapat membuat
cidera jaringan atau perdarahan.
4. Anjurkan klien untuk diet makanan halus.
5. Awasi pemeriksaan lab, misal:
trombosit, HB atau HT.
6. Berikan SDM, trombosit.
|
1. Untuk mengetahui adanya resiko perdarahan
dengan menemukan adanya ptieke, perdarahan gusi.
2. Perubahan dapat menunjukkansebagai
efek hipovolemia (perdarahan).
3. Jaringan rapuh dan trombositopenia meningkatkan
resiko perdarahan meskipun trauma minor.
4. dapat mengurangi iritasi gusi.
5. Penurunan jumlah trombosit dan HB
atau HT mengindikasikan adanya perdarahan.
6. Memperbaiki atau menormalkan jumlah
SDM dan kapasitas pembawa O2 untuk memperbaiki anemia, berguna
untuk mencegah atau mengobati perdarahan.
|
3.
Dx. Keperawatan:
Resiko
tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal.
Tujuan
|
Intervensi Rasional
|
Kriteria Hasil
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24jam, kondisi klien baik dan resiko infeksi
berkurang atau tidak terjadi infeksi.
Suhu
dalam batas normal (36,5 – 37,5 oC).
Leukosit
dalam batas normal.· Pasien dapat mengetahui tindakan yang dapat mencegah
atau menurunkan resikoinfeksi
|
1. Kaji adanya nyeri tekan pada area eritema.
2. Observasi suhu tubuh.
3. Berikan mandi kompres.
4. Berikan periode istirahat tanpa gangguan.
5. Berikan makanan tinggi protein dan
cairan.
6. Awasi pemeriksan lab: DL terutama
SDP, kultur gram atau sensitifitas.
7. Berikan obat sesuai indikasi ex: antibiotik.
8. Kaji ulang foto thorak.
|
1. Mengindikasikan infeksi lokal.
2. Hipertermia terjadi pada beberapa tipe
infeksi.
3. Membantu menurunkan demam.
4. Menghemat energi untuk penyembuhan,
regenerasi seluler.
5. Meningkatkan pembentukan antibodi dan
mencegah dehidrasi.
6. Penurunan jumlah SDP matur
menunjukkan peningkatan resiko infeksi.
7. Mengobati infeksi khusus.
8. Indikator terjadinya atau penyembuhan
komplikasi paru
|
4.
Dx. Keperawatan:
Kelelahan
atau kelemahan umum b.d anemia.
Tujuan
|
Intervensi Rasional
|
Kriteria Hasil
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2×24jam, kondisi klien membaik (kelemahan atau kelelahan berkurang). Keadaan umum membaik.
Mampu beraktifitas
|
1. Kaji tingkat kelemahan klien.
2. Berikan lingkungan tenang dan periode
istirahat tanpa gangguan.
3. Jadwalkan makan sekitar
4.
Kolaborasikan dengan tim medis mengenai pengobatan antiemetik dan penambah
darah. dan menurunkan mual.
|
1. Efek leukemia, anemia dan kemoterapi.
2. Menghemat energi untuk aktifitas dan
regenerasi seluler.
3. Dapat meningkatkan pemasukan kemoterapi.
4. Untuk menurunkan mual setelah dilakukan
kemoterapi, dan meningkatkan HB sehingga mengurangi kelelahan atau kelemahan.
|
D.
Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dan perencanaan keperawatan yang telah
dibuat untuk mencapai hasil efektif. Dalam pelaksanaan, penguasaan keterampilan
dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat supaya memberikan pelayanan
yang bermutu. Dengan demikian tujuan dapat tercapai.
E.
Evaluasi Keperawatan
1. Klien
tidak menunjukan tanda-tanda infeksi
2. Klien
berpartisipasi sesuai tingkat kemampuan
3. Klien
tidak menunjukan bukti-bukti perdarahan
4. Klien
mampu memakan makanan, dan volume cairan terpenuhi. Tidak mengalami mual muntah
5. Membran
mukosa utuh, tidak menunjukan tanda-tanda infeksi membran mukosa
6. Masukan
nutrisi adekuat
7. Klieh
istirahat dengan nyaman
8. Kulit
klien bersih
9. Klien
mengungkapkan masalahnya
10.
Klien mampu
mengatasi mekanisme kopping secara positif berhubungan dengan kerontokan
rambut, perubahan dan fungsi peran
11.
Keluarga
menunjukan komunikasi timbal balik antara klien dan keluarga. Menunjukan
keluarga dan klien saling percaya
12.
Keluarga dan
klien tetap terbuka terhadap konseling dan kontak komunikasi keperawatan
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan
ini disebabkan olehsel darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang
seharusnya ada. Leukemiaakut pada anak adalah suatu kelainan atau mutasi
pembentukan sel darah putiholeh sumsum
tulang anak maupun gangguan pematangan sel-sel tersebutselanjutnya. Gangguan
ini sekitar 25-30% jumlahnya dari seluruh keadaankeganasan yang didapat pada
anak. Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan
selkanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik
(LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
(Medicastore, 2009).
gejala yang
dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi,
mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belumdiketahui
secara pasti, dan masih terus diteliti.
Namun, faktor genetik berperancukup penting pada beberapa penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain,
adahubungannya dengan faktor keturunan, selain tentunya banyak faktor
penyebablain yang bervariasi sesuai kasus per kasus dan jenis subtipe yang
didapat. Terapi yang dipakai biasanya adalah kemoterapi (pemberian obat melalui
infus),obat-obatan, ataupun terapi radiasi. Untuk kasus-kasus tertentu, dapat
juga dilakukan transplantasi sumsum tulang belakang.
B.
Saran
Pada pengerjaan makalah ini kurangnya pengetahuan
kelompok terhadap materi ini, sehingga masih banyak terdapat kekurangan, dan
kurangnya kerja sama kelompok terhadap pengerjaan makalah ini, semoga apa yang
saya sampaikan diatas bisa bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya, dan juga
bermanfaat untuk pembaca atau untuk referensi bagi mahasiswa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani,
Wiwik, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba
Medika.
Tambayong,
Jon. 2000. Patofisiologi Untuk
Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurarif,
Amin Huda, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 2.
Jogjakarta : Media Action.
Afandy,
Irfan. 2015. Asuhan Keperawatan Leukimia Serta Intervensi Rasional Lengkap. http://askepanda.blogspot.com/2015/01/asuhan-keperawatan-leukimia-serta_43.html.
Diakses pada tanggal 06 September 2018 pada jam
: 21.19.
Diakses
pada tanggal 24 September 2018 https://www.scribd.com/document/33542063/ASKEP-LEUKIMIA.
Pada jam 19.20
Dwihastuti,
Eviana. 2016. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-novianariz-5138-2-bab2.pdf.
Diakses pada tanggal 27 September 2018 pada jam 11.31
No comments:
Post a Comment