A.
Definisi
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari
pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen
elastis dan muskular dinding bronkus. Bronkiektasis diklasifikasikan dalam
bronkiektasis silindris, fusiform, dan kistik atau sakula.
Bronkiektasis adalah kelainan yang
menyebabkan perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastic, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh arah. Ditandai
dengan adanya dilatasi (ektsi) dan distorsi bronkus local yang bersifat
patologis dan berjalan kronik, persisten atau ireversibel. Bronkus yang terkena
umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang.
(Wim de jong)
B.
Intervensi keperawatan
1.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif,
infeksi bronkopulmunal
2.
Ketidakefektifan
pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan,
penekanan dinding paru, penurunan ekspansi paru
3.
Hipertermi
b.d peningkatan suhu tubuh (proses penyakit)
4.
Resiko
infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan pada jaringan
otot dan elastin)
C.
Implementasi keperawatan
1.
Dx.
Keperawatan
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi lendir, batuk tidak efektif,
infeksi bronkopulmunal
Definisi
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
Batasan karakteristik :
-
Tidak
ada batuk
-
Suara
nafas tambahan
-
Perubahan
frekuensi nafas
-
Perubahan
irama nafas
-
Dipsnue
-
Sputum
dalam jumlah yang berlebihan
-
Batuk
yang tidak efektif
|
1.
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
2.
Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
3.
Mampu
mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
|
1.Pastikan kebutuhan oral/ tracheal
suctioning
2.Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning
3.Minta klien bernafas dalam sebelum
suction dilakukan
4.Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
5.Gunakan alat steril setiap
melakukan tindakan
6.Monitor status oksigen pasien
7.Hentikan suction dna berikan
oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway management
1.
Buka
jalan nafas gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.
Pasang
mayo bila pelru
4.
Lakukan
fisioterapi dada bila perlu
5.
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
6.
Berikan
bronkodilator bila perlu
7.
Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
8.
Monitor
respirasi dan status O2
|
2.
Dx.
Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan, penekanan dinding paru, penurunan ekspansi paru
Definisi
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
Batasan karakteristik :
-
Perubahan
kedalam pernafasan
-
Perubahan
ekskursi dada
-
Bradipneu
-
Penurunan
tekanan ekspirasi
-
Penurunan
kapasitas vital
-
Dispnue
-
Pernafasan
cuping hidung
-
Ortopnue
-
Takipnue
-
Fase
ekspirasi memanjang
|
1.
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
2.
Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
3.
TTV
dalam batas normal
|
Airway
management
1.
Buka
jalan nafas gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.
Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.
Pasang
mayo bila pelru
4.
Lakukan
fisioterapi dada bila perlu
5.
Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
6.
Berikan
bronkodilator bila perlu
7.
Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
8.
Monitor
respirasi dan status O2
Oxygen therapy
1.
Bersihkan
mulut, hidung dan secret trakea
2.
Pertahankan
jalan nafas yang efektif
3.
Atur
peralatan oksigenasi
4.
Pertahankan
posisi pasien
5.
Monitor
adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monotoring
1.
Monitor
TTV
2.
Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
3.
Monitor
VS saat pasien baring, duduk, dan berdiri
4.
Monitor
TD, RR, nadi sebelum dan sesudah aktivitas
5.
Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
6.
Monitor
suhu, warna, dan kelembapan kulit
7.
Identfikasi
penyebab perubahan vital sign
|
3.
Dx.
Keperawatan
Hipertermi
b.d peningkatan suhu tubuh (proses penyakit)
Definisi
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal
Batasan karakteristik :
-
Konvulsi
-
Kulit
kemerahan
-
Kejang
-
Takikardi
-
Takipnea
-
Kulit
terasa hangat
Faktor yang
berhubungan :
-
Dehidrasi
-
Penyakit
-
Medikasi
-
Trauma
-
Aktivitas
berlebihan
-
Pemakaian
pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
|
1.Suhu tubuh dalam rentang normal
2.Nadi dan RR dalam rentang normal
3.Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing
|
Fever treatment
1.
Monitor
suhu sesering mungkin
2.
Monitor
IWL
3.
Monitor
warna dan suhu kulit
4.
Monitor
tekana darah, nadi, dan RR
5.
Monitor
intake dan output
6.
Berikan
pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
7.
Kompres
pasien pada lipatan paha dan aksila
Temperatur regulation
1.
Monitor
suhu minimal tiap 2 jam
2.
Rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu
3.
Monitor
tanda hipertermi dan hipotermi
4.
Selimuti
pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
5.
Berikan
anti piretik bila perlu
Vital sign Monitoring
1.
Monitor
TD, RR, dan suhu sebelum dan setelah beraktivitas
2.
Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
3.
Monitor
suara paru
4.
Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
|
4.
Dx.
Keperawatan
Resiko infeksi
b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan pada jaringan otot dan
elastin)
Definisi
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor-faktor resiko :
1.
Penyakit
kronis
-
Diabetes
melitus
-
Obesitas
2.
Pengetahuan
yang tidak cukup untuk menghindari pemanjanan patogen
3.
Pertahanan
tubuh primer yang tidak adekuat
4.
Ketidak
adekuatan pertahanan sekunder
5.
Vaksinasi
tidak adekuat
6.
Malnutrisi
|
1.
Klien
bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.
Mendeskripsikan
proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
3.
Menunjukan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4.
Jumlah
leukosit dalam batas normal
5.
Menunjukan
perilaku hidup sehat
|
Kontrol
infeksi
1.
Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
2.
Pertahankan
teknik isolasi
3.
Batasi
pengunjung bila perlu
4.
Instruksikan
pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
5.
Cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
6.
Gunakan
baju, sarung tangan bila perlu
7.
Tingkatkan
intake nutrisi
8.
Berikan
terapi antibiotik bila perlu
9.
Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
10.
Dorong
masukan nutrisi yang cukup
11.
Ajarkan
pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
12.
Ajarkan
cara menghindari infeksi
13.
Laporkan
kecurigaan infeksi
|
DAFTAR
PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, S. Kep., Ns,
dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc. Jogjakarta : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta