Pages

loading...

Tuesday, March 5, 2019

Diagnosa Keperawaatan Bronchopnemonia


    A.   Definisi
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis penumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltze & Suzanne, 2002)
          Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsilidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sukender, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. (Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

     B.   Intervensi keperawatan
1.     Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
2.     Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen
3.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas
4.     Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi oksigen, untuk aktifitas sehari-hari
5.     Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d perubaha kadar elektrolit dalam serum ( diare)

    C.   Implementasi keperawatan
1.     Dx. Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Definisi
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas
Batasan karakteristik :
-         Tidak ada batuk
-         Suara nafas tambahan
-         Perubahan frekuensi nafas
-         Perubahan irama nafas
-         Dipsnue
-         Sputum dalam jumlah yang berlebihan
-         Batuk yang tidak efektif
1.             Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.             Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
3.             Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
1.Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
2.Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
3.Minta klien bernafas dalam sebelum suction dilakukan
4.Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
5.Gunakan alat steril setiap melakukan tindakan
6.Monitor status oksigen pasien
7.Hentikan suction dna berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway management
1.     Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.     Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.     Pasang mayo bila pelru
4.     Lakukan fisioterapi dada bila perlu
5.     Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6.     Berikan bronkodilator bila perlu
7.     Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
8.     Monitor respirasi dan status O2


2.     Dx. Keperawatan
Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen

Definisi
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar kapiler
Batasan karakteristik :
-         pH darah arteri abnormal
-         pernafasan abnormal(mis, kecepatan, irama, kedalaman)
-         warna kulit abnormal(mis, pucat, kehitaman)
-         sianosis(pada neonatus saja)
-         penurunan karbon dioksida
-         dipsnea
-         sakit kepala saat bangun
-         hipoksia
-         hipoksemia
-         napas cuping hidung
-         takikardi
1.             mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yagn adekuat
2.             Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda- tanda distress pernafasan
3.             Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed, lips)
4.             TTV normal
Airway management
1.             Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2.             Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.             Identifikasi pasien perlunya pernafasan alat jalan nafas bantuan
4.             Pasang mayo bila perlu
5.             Lakukan fisioterapi dada
6.             Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau dengan suction
7.             Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
8.             Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
1.     Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
2.     Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, gangguan otot tambahan
3.     Monitor suara nafas, seperti dengkur
4.     Monitor pola nafas; bradipnea, takipnea, kusmaul
5.     Catat lokasi trakhea
6.     Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksi)
7.     Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
8.     Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama
9.     Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya


3.     Dx. Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas

Definisi
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik :
-         Nyeri abdomen
-         Kram abdomen
-         Berat badan 20% atau lebih di bawah BB ideal
-         Diare
-         Bising usus hiperaktif
-         Kurang makan
-         Kurang informasi
-         Kurang minat pada makanan
-         Ketidakmampuan memakan makanan
-         Cepat kenyang setelah makan
-         Sariawan rongga mulut
-         Kelemahan otot untuk menelan
1.     Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
2.     BB ideal sesuai dengan tinggi badan
3.     Mampu mengidentifikasi kebuthan nutrisi
4.     Tidak ada tanda malnutrisi
5.     Menunjukka peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6.     Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
1.             Kaji adanya alergi makanan
2.             Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
3.             Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
4.             Berikan subtansi gula
5.             Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
6.             Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
7.             Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Monitoring Nutrisi
1.             BB pasien dalam batas normal
2.             Monitor adanya penurunan BB
3.             Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4.             Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
5.             Monitor turgor kulit
6.             Monitor mual dan muntah
7.             Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan Ht
8.             Monitor pertumbuhan dan perkembangan
9.             Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
10.        Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral


4.     Dx. Keperawatan
Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi oksigen, untuk aktifitas sehari-hari

Definisi
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Ketidak cukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang ingin dilakukan
Batasan karakteristik :
a.             Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
b.            Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
c.             Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia dan aritmia
d.            Ketidak nyamanan setelah beraktivitas
e.             Menyatakan merasa lemah dan letih
1.  Mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri
2.  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
3.  TTV normal
4.  Energy psikomotor
5.  Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
6.  Sirkulasi status baik
7.  Status respirasi; pertukaran gas dan ventilasi adekuat
1.              Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2.             Bantu untuk membantu aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan sosial
3.             Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti, kursi roda, krek
4.     Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai klien
5.     Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam aktivitas
6.     Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan pengutatan


5.     Dx. Keperawatan
Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d perubaha kadar elektrolit dalam serum ( diare)

Definisi
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
Berisiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan
Faktor risiko :
-         Defisiensi volume cairan
-         Diare
-         Disfungsi endokrin
-         Kelebihan volume cairan
-         Gangguan mekanisme regulasi (mis, diabetes, isipidus, sindrom ketidaktepatan sekresi hormon antidiuretik)
-         Disfungsi ginjal
-         Efek samping obat (mis, medikasi, drain)
-         Muntah
1.     Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
2.     TTV normal
3.     Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
1.     Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
2.     Pertahankan intake dan output yang akurat
3.     Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
4.     Monitor TTV
5.     Kolaborasi pemberian cairan IV
6.     Monitor status nutrisi
7.     Dorong masukan oral
8.     Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
9.     Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
10.             Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
11.             Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
12.             Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
13.             Atur kemungkinan transfusi
Hypovolemia management
1.     Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
2.     Pelihara IV line
3.     Monitor tingkat Hb dan hematokrit
4.     Monitor TTV
5.     Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
6.     Monitor BB
7.     Dorong pasien untuk menambah intake oral
8.     Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
9.     Monitor adanya anda gagal ginjal

DAFTAR PUSTAKA 

Nurarif, Amin Huda, S. Kep., Ns, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta

No comments:

Post a Comment